Budaya
orang Depok, berbagi makanan dirantang (www.depoktren.com)
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan ragam
budayanya. Perbedaan budaya ini menjadikan kita bangsa yang unik dengan motto Bhineka
Tunggal Ika “ walau berbeda tetapi tetap satu jua” . Tidak sulit
menjumpai warna warni budaya Indonesia, apalagi jika lokasi tempat
tinggal Kita adalah daerah multietnis seperti kota Jakarta, Depok dan Bekasi.
Depok adalah dalah satu daerah yang terletak di Jawa Barat. Lokasinya dekat dengan Jakarta dan tidak terlalu jauh dari Bogor. Tak heran jika sebagian besar warga Depok berasal dari Suku Betawi dan Sunda. Kota Depok sejak dahulukala telah ditempati oleh etnis besar yaitu Melayu. Varian Melayu yang hidup di Pulau Jawa, Jawa Barat bagian utara dihuni oleh Melayu Betawi. Oleh karena itu, budaya Kota Depok, mengikut kepada induknya, salah satunya yaitu budaya Betawi. Tetapi, semenjak tahun 1990 an Depok ramai dikunjungi para pendatang karena lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota.
Meskipun Kota Depok masuk ke dalam
Provinsi Jawa Barat, namun penduduk Kota Depok lebih cenderung menggunakan
bahasa sehari-hari yaitu bahasa Indonesia atau betawi, Depok tidak identik dengan
bahasa sunda Jawa Barat.
Warga Depok, memiliki kegiatan sosial berupa:
·
Gotong royong, biasanya diadakan setiap
seminggu/sebulan sekali pada hari libur, guna untuk menjaga kebersihan dan
kenyamanan warga nya.
·
Rapat pengurus pemuda/i di masing-masing RT
(karang taruna). Biasa dilakukan ketika akan mengadakan suatu kegiatan.
Misalnya : menyambut hari kemerdekaan Indonesia dengan mengadakan lomba-lomba.
Warga Depok, memiliki beberapa kebudayaan seperti :
·
Memingit calon pengantin menjelang acara pernikahan,
biasanya calon pengantin akan dipingit yaitu tidak boleh keluar rumah dan
bertemu dengan calonnya dengan batas waktu yang ditentukan.
· Syukuran menjelang acara pernikahan, biasanya sehari sebelum acara pernikahan akan diadakan acara syukuran keluarga
· Menyalakan petasan untuk menyambut para tamu atau undangan ke dalam pesta pernikahan.
· Palang pintu , yaitu saling beradu pantun dan adu silat oleh masing-masing perwakilan dari keluarga mempelai.
· Menjenguk warga yang sakit, melahirkan dan meninggal. Mereka biasa melakukannya secara bersama-sama / rombongan.
· Pengajian keluaga, biasa dilakukan dengan acara kumpul keluarga besar untuk membaca yasin, dzikir, tahlil dan do'a serta acara makan bersama. Untuk menjaga tali silaturrahmi antar keluarga.
· Membagi makanan ke tetangga dengan piring kita, lalu sambil tetangga mengembalikan piring kita, mereka mengisi kembali makanan yang mereka punya untuk kita. It's so sweet..
Sistem Nilai Masyarakat Depok sebagaimana masyarakat
Betawi, terbentuk dari percampuran berbagai nilai dari berbagai kelompok etnik
yang sejak zaman dahulu bermukim, sehingga masyarakat Depok memiliki sistem
nilai, pranata, dan tradisi yang merupakan hasil akulturasi dari berbagai nilai
budaya yang membentuknya.Masyarakat Depok, sebagaimana masyarakat Betawi adalah
masyarakat yang bersifat terbuka, egaliter, dan agamis, di mana sistem nilai
budaya, pranata, dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat merupakan perwujudan
atau diturunkan dari nilai-nilai dalam agama, khususnya agama Islam.
Karena merupakan hasil akultarasi dari beragam kebudayaan, maka sistem
nilai, pranata, dan tradisi-tradisi budaya yang dimilikinya menjadi sangat khas
dan unik, terutama yang berkaitan dengan unsur kebudayaan bahasa, sistem religi
(agama) dan kesenian.
Kota Depok adalah wilayah yang terbuka bagi para pendatang dengan berbagai
kepentingan, baik bagi warga negara Indonesia yang berasal dari berbagai daerah
maupun bagi warga negara asing dari berbagai negara, yang berdampak pada
terjadinya proses perubahan sosial dan budaya yang amat cepat pada masyarakat,
sudah pada masyarakat Depok.Selain proses akulturasi budaya, proses modernisasi
dan globalisasi juga telah memicu perubahan yang demikian cepat, yang tentu
membawa dampak bagi penduduknya.
Nilai-nilai budaya budaya yang baik dan relevan dengan kondisi masyarakat masa sekarang, seperti nilai-nilai kejujuran, kekeluargaan, keterbukaan, kebersamaan, kepatuhan terhadap norma agama, kesopanan atau kesusilaan, kepedulian terhadap alam dan lingkungan hidup, antikorupsi, dan sebagainya, sebaiknya diaktualisasikan kembali pada masa sekarang dan masa mendatang dengan cara menghidupkan kembali tradisi-tradisi yang ada (atau bila mungkin, menghidupkan tradisi yang sudah punah).
Demikian sosial dan budaya dari kota Depok.